Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Design created with PosterMyWall

Akar Pengetahuan, Akar Kehidupan: Gerakan Menanam Pohon sebagai Jalan Menuju Masa Depan

 


Ende , Tananua Flores | Di tengah Krisis kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup dan meningkatnya ancaman bencana ekologis, sebuah kabar baik datang dari ujung timur Indonesia, Tepatnya dikabupaten Ende, NTT. Pada tanggal 5 Juli 2025, Universitas Flores (Uniflor) dan Yayasan Tananua Flores melakukan penelitian bersama menanam pohon tidak hanya ribuan anakan pohon, tetapi juga harapan, kesadaran, dan semangat baru untuk menjaga bumi.

Sebanyak 4.000 anakan pohon dari berbagai jenis—merbau, montin, ketapang bertingkat, hingga sengon—ditanam secara serentak di enam titik di wilayah Desa Mautenda Barat dan sekitarnya, meliputi mata air, bantaran sungai, dan lahan pertanian masyarakat. Ini bukan sekadar aksi seremonial menyambut 50 tahun Uniflor, melainkan sebuah nyata komitmen terhadap lingkungan.

Gerakan ini mencerminkan satu hal yang krusial: kolaborasi lintas ekologi sektor adalah kunci menghadapi krisis. Universitas sebagai pusat pengetahuan, lembaga swadaya masyarakat sebagai pelaksana gerakan akar rumput, dan masyarakat desa sebagai penjaga langsung lingkungan, saling bersinergi untuk masa depan bersama.



Manajer Program Yayasan Tananua Flores, Heribertus, SE, dengan tegas menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekedar menanam pohon, tetapi juga menanam harapan bagi generasi mendatang. Di saat banyak kebijakan lingkungan masih bersifat reaktif, aksi ini menjadi teladan aksi preventif berbasis lokal yang layak diapresiasi dan direplikasi.

Namun, seperti yang diingatkan Wakil Rektor Universitas Flores, Dr. Imaculata Fatima, MMA, keinginan adalah kunci. Tanpa komitmen menjaga pohon-pohon muda ini dari ancaman hama atau ternak pembohong, semua upaya hari ini bisa sia-sia. Maka wacana penyusunan



Peraturan Desa tentang perlindungan mata air, pelestarian bantaran sungai, dan penertiban ternak harus didorong secara aktif agar perubahan tidak hanya berhenti di permukaan tanah, tetapi juga tertanam dalam tatanan hukum lokal.

Langkah ini adalah cerminan dari sebuah paradigma baru: dari kampus ke kampung, dari teori ke aksi, dari wacana ke kebijakan. Kolaborasi ini adalah wujud nyata dari pendidikan yang membangun dan pembangunan yang berkelanjutan.

Harapannya bahwa gerakan seperti ini tidak boleh berhenti di Desa Mautenda Barat. Harus ada replikasi, reimajinasi, dan revitalisasi di desa-desa lain. Apalagi, sebagaimana disampaikan Kepala Desa Yohanes Robertus Moda Sega, wilayah-wilayah rawan bencana di Kabupaten Ende masih banyak dan membutuhkan sentuhan yang sama.

Menanam pohon memang tidak memberi hasil instan. Tapi ia adalah bentuk paling sederhana dan paling radikal dari harapan. Dalam akar yang tumbuh, daun yang rimbun, dan udara yang segar—tertanamlah masa depan yang lebih baik.

Jaga pohon, hidup terjaga. Bangun hutan, bangun peradaban.

pencerita : Herman N



Posting Komentar

0 Komentar