Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Design created with PosterMyWall

Lokakarya Sinergitas Program Sustainable Livelihood Bersama 10 Desa Dampingan

Ende, 25-26 Februari 2025 – Yayasan Tananua Flores melalui Program Sustainable Livelihood menggelar Lokakarya Sinergitas Program yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari 10 desa dampingan. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari di Bina Olangari, Jalan Melati-Ende, dengan dihadiri oleh 36 peserta yang terdiri dari 27 laki-laki dan 9 perempuan.

Lokakarya ini bertujuan membangun sinergi antara pemerintah desa, tokoh adat, dan mitra terkait guna meningkatkan efektivitas program pembangunan di desa dampingan. Fokus utama kegiatan ini meliputi peningkatan komunikasi dan koordinasi, identifikasi kebutuhan masyarakat, penyusunan rencana kerja bersama, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Pembukaan dan Arahan Ketua Pengurus


Ketua Pengurus Yayasan Tananua Flores, Hironimus Pala, membuka lokakarya dengan menekankan perbedaan program kali ini dibanding sebelumnya. Ia menjelaskan bahwa program saat ini hanya berjalan selama dua tahun, sehingga memerlukan kerja ekstra dan kolaborasi yang erat antara desa dan mitra terkait.

"Misereor menekankan pentingnya penanggulangan di tingkat lokal. Desa dan mitra lainnya harus bahu-membahu menopang kegiatan kolaboratif agar pembangunan desa tetap berlanjut. Kami juga berharap dukungan dari pemerintah, terutama dalam pengalokasian dana desa untuk pemberdayaan masyarakat," ungkapnya.

Sinergi Desa dan Tananua untuk Keberlanjutan Program

Kepala Desa Mbo Bhenga, Bruno Goa, menegaskan pentingnya mendiskusikan sinergitas program agar dapat berjalan sukses dalam dua tahun ke depan. Ia menekankan perlunya penyelarasan program desa dengan program Tananua agar memberikan dampak nyata bagi masyarakat dampingan.

Sementara itu, perwakilan Relawan Komunitas Desa Mbotulaka, Desi Ipan Ndoku, mengingatkan bahwa desa harus mempersiapkan langkah-langkah strategis agar program tetap berkelanjutan setelah Tananua tidak lagi berada di desa. “Ini membutuhkan komitmen bersama,” tegasnya.

Dukungan terhadap sinergi ini juga disampaikan oleh Riventus Juma, Kaur Perencanaan Desa Malawaru. Ia menyoroti isu ketahanan pangan lokal, sesuai regulasi pemerintah yang mewajibkan desa mengalokasikan minimal 20% dana desa untuk program ketahanan pangan.

"Tananua telah menjadikan isu pangan lokal sebagai fokus kerja mereka, termasuk dalam aspek konservasi alam. Ini harus kita sinergikan dengan kebijakan desa agar hasilnya lebih maksimal," ujarnya.

Pesan Laudato Si dan Efisiensi Program

Direktur Yayasan Tananua Flores, Bernadus Sambut, menginspirasi peserta lokakarya dengan pesan dari ensiklik Laudato Si karya Paus Fransiskus. Ia menekankan pentingnya menjaga bumi dengan cara-cara lokal, termasuk penggunaan produk lokal seperti pupuk dan pestisida organik.

"Kami ingin mengajak masyarakat dan pemerintah desa bekerja bersama tanpa ego sektoral. Yang terpenting bukan siapa yang menjalankan program, tetapi manfaat yang dirasakan oleh masyarakat luas," jelasnya.

Ia juga menyoroti bahwa dengan keterbatasan dana dan kontrak program yang hanya berlangsung dua tahun, diperlukan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan tanpa mengorbankan mutu dan kualitas.

Optimisme dan Harapan Keberlanjutan Program

Manajer Program Sustainable Livelihood, Heri Se, optimis bahwa program ini dapat sukses dengan dukungan penuh dari pemerintah desa dan masyarakat.

"Konsolidasi program antara Tananua dan desa harus kuat. Kami berharap masyarakat dan aparat desa dapat menopang kegiatan yang ada agar dalam dua tahun ke depan, baik program desa maupun program Tananua, dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama," paparnya.

Sementara itu, Maria K. Weni, Relawan Pembangunan Komunitas dari Mautenda Barat, menyoroti pentingnya validitas dokumen legalitas desa agar tidak terjadi manipulasi data penduduk. Ia juga menegaskan perlunya evaluasi terhadap program yang ada, khususnya dalam pengelolaan makanan bergizi, agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kepala Desa Detuwulu, Urbanus Paru Wara, menutup diskusi dengan menegaskan komitmen pemerintah desa untuk bekerja sama dengan Tananua guna memastikan pembangunan yang efektif dan bermanfaat bagi masyarakat.

Lokakarya ini menghasilkan kesepakatan bahwa keberhasilan program tidak hanya diukur dari kuantitas, tetapi juga kualitas. Dengan kolaborasi erat antara masyarakat, pemerintah desa, dan Yayasan Tananua Flores, diharapkan program ini dapat berjalan optimal dan berkelanjutan meskipun hanya berlangsung selama dua tahun.

Ditulis oleh: H.Se

Posting Komentar

0 Komentar