Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Design created with PosterMyWall

Festival Pangan Lokal di Desa Unggu: Menjaga Keberagaman Pangan Lokal di Ende


Ende-Unggu, Tananua Flores| Kegiatan Talk Show dan Festival Pangan Lokal terjadi di Desa Unggu Kecamatan Detukeli. Pada Senin 29 Agustus 2022 Pukul 15.00 peserta kegiatan mulai berdatangan dan melakukan Cek-In. Para Peserta dibagi dalam kelompok untuk mendapatkan tempat penginapan di sekitar lokasi kegiatan.

Sementara itu para peserta juga mempersiapkan tempat untuk memamerkan hasil olahan pangan lokal dan pangan lokal dari Desa Dampingan. Pada Pukul 20.00 terjadi kegiatan Talk Show dan diskusi tentang pola konsumsi, dan keberagaman pangan lokal di Desa. Diskusi terbagi dalam beberapa Kelompok. Selanjutnya para peserta yang sudah datang menuju ke tempat penginapan masing-masing.

Pemeran Benih Ura, Pega, Mbape, Lolo, Nggoli, dan Pisang di desa Unggu. Foto: Paul 30/7/2022

Pada hari kedua selasa 30 Agustus 2022 kegiatan Festival berawal dari seremonial pembuka yang terdiri dari Pengantar dari Pranatacara, Doa, Menyanyikan Lagu Mars Tananua dan Lagu Indonesia. Direktur Yayasan Tananua Flores memberikan sambutan dan sapaan kegiatan Talk Show dan Festival Pangan Lokal.

Bernadus Sambut Direktur Yayasan Tananua Flores (YTNF) menggambarkan alasan Yayasan Tananua Flores memfasilitasi Festival Pangan Lokal. YTNF selalu mendorong dan menekankan pengembangan pangan lokal. Tanpa pangan lokal kita tidak bisa hidup. Pangan Lokal adalah warisan nenek moyang namun kenyataan menunjukkan bahwa keberadaannya tidak dikembangkan lagi.

Selain untuk konsumsi Pangan Lokal juga dimanfaatkan untuk seremonial adat. Dengan mengembangkan pangan lokal kita menghargai leluhur dan nenek moyang. Festival diselenggarakan untuk mengetahui sejauh mana keberagaman pangan lokal itu dikembangakan. Melalui festival masyarakat bisa termotivasi untuk mengembangan pangan lokal. Selain itu dari kegiatan festival pangan lokal ini  diharapkan ada kebijakan yang dihasilkan.

Potensi Pangan Lokal

Dalam sambutannya Koordinator Nasional FIAN Indonesia, Betty Tiominar menjelaskan tentang peran pangan lokal untuk kesehatan. Bahwa Pangan Lokal memiliki protein dan gizi yang tinggi. FIAN  selalu mempromosikan hak masyarakat atas pangan dan gizi salah satunya dengan memperkenalkan benih-benih pangan lokal yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Masyarakat menghargai apa yang dimiliki dan mengonsumsi pangan lokalnya. Pangan Lokal merupakan potensi yang harus dirawat, dikembangkan, dan dibudidayakan agar tidak hilang. Desa memiliki Potensi untuk mengembangkan pangan lokal.

Dari Kanan-Kiri: Halimah Tus'dyah Pengurus YTNF, Betty Tiominar FIAN Indonesia,  Marselina Ga'a Pendamping Lapangan Desa Detumbewa, dan Mathilda Ilmoe Kepala Dinas Ketahanan Pangan menyaksikan Festival Pangan Lokal. Foto: Paul 30/8/2022

Camat Kecamatan Detukeli memberikan sambutan sekaligus membuka acara Kegiatan Festival Pangan Lokal ini. Sebagai Camat, Fransiskus Sio mengatakan bahwa Festival Pangan Lokal akan membuat masyarakat mengenal keberagaman pangan lokal. Kenyataan menunjukan bahwa untuk ritual, beras dan padi harus dibeli. Pangan Lokal dapat dikonsumsi karena sehat dan bergizi. Generasi ke depan cukup sulit menikmati pangan lokal karena kurangnya ketersediaan benih dan hasil olahannya. Menjadi suatu tantangan ketika pangan lokal mulai sulit dijumpai. Penting untuk memberikan contoh dalam mengambangkan pangan lokal.

Kegiatan Talk Show pangan lokal diawali dengan presentasi oleh Kepala Desa Rutujeja. Petrus Bata menjelaskan tentang situasi pangan lokal di Desa Rutujeja. Pangan lokal merupakan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Pangan Lokal bisa diramu dari kebun, sungai, hutan dan laut. Sejak dahu kala pangan lokal telah dibudidayakan oleh nenek moyang. Lolo, wete, pega, mbape, nggoli, ura, dowe dapat dimanfaatkan untuk memenuhi pangan keluarga. Selain itu pelbagai acara adat juga menggunakan minuman lokal (arak) sebagai ritus seremonial kepada leluhur. Persediaan pangan lokal di desa Rutujeja masih terbilang cukup. Kondisi sekarang memerlihatkan kurangnya perhatian untuk mengonsumsi pangan lokal. Karena itu dibutuhkan peran pelbagai elemen masyarakat untuk serius mengembangkan pangan lokal.

Potret Keberagaman Pangan Lokal

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Ende Mathilda G. Ilmoe dalam acara Talk Show berbicara mengenai potret keberagaman pangan yang ada di Kabupaten Ende. Dalam pembahasannya ia memaparkan tentang data ketersediaan komoditi pangan utama dan peta kerentanan kerawanan pangan di Kabupaten Ende. Pada tahun 2021 angka ketersediaan pangan sebesar 86,77% dan pada bulan Mei tahun 2022 sebesar 79.85%. Angka ini menununjukan bahwa Ende masuk dalam ketegori rawan pangan.

Skor pola pangan harapan untuk tahun 2021 sebesar 76,5 dari target skor 80, idealnya 100. Tingkat konsumsi energi masyarakat Kabupaten Ende sebesar 2247,1 kkal/kapita/hari dari porsi ideal sebesar 2150 kkal/kapita/hari.  Hal ini menggambarkan bahwa pola konsumsi masyarkat ideal. Dengan demikian pangan lokal merupakan kebutuhan dasar manusia. Setiap elemen masyarakat wajib untuk memenuhi kebutuhan ini.

Ir. Marianus Aleksander, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ende memaparkan materi tentang Peran Dinas Pertanian dalam mendukung ketahanan pangan Kabupaten Ende. Visi dan Misi Kabupaten Ende adalah untuk mewujudkan karakteristik dengan membangun dari desa dan kelurahan menuju masyarakat yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Pembangunan dilakukan berbasis sumber daya. Secara budaya karakteristik yang menggambarkan tentang pertanian adalah tedo tembu wesa wela. Dinas Pertanian juga mempromosikan masyarakat untuk bangga menjadi petani. Kemandirian petani menjadi tujuan dalam program yang dicanangkan sehingga masyarakat dapat mencukupi kebutuhan pangannya.

Kepala Desa Rutujeja Petrus Bata mempresentasikan materi Talk Show bersama P. Charles Beraf, Marianus Alexander, Hironimus Pala, dan  Mathilda Ilmoe. Foto: Paul 30/8/2022

Pembina Yayasan Tananua Flores, P. Charles Beraf, SVD memberikan penjelasan mengenai spiritualitas pangan dalam mendukung keberlanjutan hidup umat. Masyarakat dapat memutuskan rantai kapitalisme dengan pemberdayaan. Spiritualitas tumbuh dalam lokalitas sesuai dengan adat dan tradisi. Kenyataan sekarang ini menunjukan bahwa ada komodifikasi, ada banyak hal yang diukur dengan uang. Pastor Paroki Detukeli ini aktif dalam kegiatan pembangunan berbasis masyarakat. Oleh karena itu mengembangkan pangan lokal harus dibangun dari apa yang kita punya sesuai dengan adat dan budaya.

Ketua Yayasan Tananua Flores, Hironimus Pala, memaparkan materi tentang kajian keberagaman pangan lokal di kabupaten Ende. Pangan lokal adalah jati diri, siapa yang menguasai pangan dia menguasai kehidupan. Ada pergesaran pola konsumsi masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal ke pangan ke pangan industri. Kondisi sekarang ini menunjukan bahwa benih pangan lokal mengalami kekurangan, hama yang ada juga membuat orang kesulitan mengolah pangan lokal, selain itu model pengelolaan pangan lokal membutuhkan waktu lama. Ia juga mengajak masyarakat untuk mencintai pangan lokal, dengan menjaga benih serta memiliki lumbung pangan.

Keberagaman Pangan Lokal: Tanggung Jawab Bersama

Setelah pemaparan materi peserta diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dan komentar. Flavianus Senda pembina Yayasan Tananua Flores mengusulkan agar setiap keluarga memiliki pola konsumsi yang mendukung kesehatan. Pola konsumsi yang baik akan mendukung kesejahteraan keluarga.

Kepala Bidang Perancanaan pembangunan I Bappeda menjelaskan tentang percepatan pembangunan yang kompetitif dan berkelanjutan. Profesi petani menjadi kurang diminati, membuat orang enggan untuk menjadi petani. Terdapat pergeseran pola konsumsi masyarakat. Ia juga menggambarkan pentingnya mengembangkan pertanian berdasarkan kearifan lokal.

Dalam rangka mendukung pengembangan pangan lokal Tim Ahli P3MD (Porgram Pembangunan dan Pengembangan masyarakat Desa) menyatakan bahwa dalam RKPdes terdapat alokasi anggaran dana desa untuk pengembangan pangan dan hewani sebesar 20 %. Masyarakat bisa mengusulkan kegiatan yang berkaitan dengan ketahanan pangan.

Serafinus Sage, Kepala Puskesmas Watunggere memaparkan peran dinas kesehatan dalam mendukung penanganan gizi buruk dan stunting. Ia mengajak masyarakat untuk menjadi generasi yang sehat dengan mengonsumsi pangan lokal. Festival yang terjadi hari ini bukan hanya pameran melainkan juga mengajak masyarakat untuk mengenal dan menjaga pangan lokal.

Selain itu Sekertaris Desa Unggu mengungkapkan kebutuhan petani desa unggu akan alat-alat pertanian. Jaringan Peremuan Nusantara yang diwakili oleh Dorce mengajak segenap peserta festival untuk menjadikan pangan lokal sebagai pilot project dengan menciptakan peraturan daerah tentang pangan. Bapak Kepala Desa Unggu juga mengemukakan tentang situasi dan keberadaan pendamping lapangan. Desa Detumbewa menyediakan kebun contoh kepada pendamping lapangan sebagai medan belajar bagi para petani.

Acara Talk Show berlangsung alot meskipun kondisi listrik padam. Mayarakat aktif dalam kegiatan Talk Show. Setelah Talk Show dilanjutkan dengan kunjungan ke pameran pangan lokal dari desa di stand yang sudah disediakan. Dalam kunjungan pameran terdapat barter benih pangan lokal. Selain itu masyarakat dan peserta juga dapat membeli hasil olahan pangan lokal.

Diakhir acara peserta memberikan anjuran dan masukan terkait dengan usaha untuk menjaga keberagaman pangan lokal. Direktur Yayasan Tananua mengapresiasi kegiatan Talk Show dan Festival Pangan Lokal ini. Camat Kecamatan Detukeli melalui staf menutup acara kegiatan Talk Show dan Festival Pangan lokal ini. Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga tanaman pangan lokal. (Edi Woda)

Posting Komentar

0 Komentar